Peranan Hewan Coba
Pendahuluan
Pengujian senyawa-senyawa organik sintetis maupun senyawa-senyawa alami banyak dilakukan dalam skala besar, yang dilakukan di laboratorium-laboratorium farmakologi berbagai perusahaan maupun di universitas-universitas-universitas. Tujuan utama dari pengujian ini adalah untuk menemukan senyawa baru yang memiliki aktivitas farmakologik. Di perusahaan-perusahaan, departemen-departemen riset mencari bahan farmasi yang baru dan lebih poten. Tahap selanjutnya, setelah mengisolasi zat uji, adalah prosedur penapisan (screening). Sedangkan pengujian yang dilakukan di universitas tidak selalu diarahkan untuk menemukan bahan farmasi yang baru, tetapi bisa diarahkan untuk menemukan zat yang menunjukkan aktivitas biologik yang menarik, yang dapat membantu dalam memahami efek fisiologis.
Berbagai metode penapisan yang dapat dilakukan terhadap serangkaian senyawa yang dapat memberikan aktivitas farmakologi.
Pengertian Hewan Coba
Hewan laboratorium atau hewan percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk digunakan sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan laboratorik.
Penggunaan hewan percobaan untuk penelitian banyak dilakukan di bidang fisiologi, farmakologi, biokimia, patologi, zoologi komparatif, dan ekologi dalam arti luas. Di bidang kedokteran, selain untuk penelitian, hewan percobaan juga sering digunakan untuk keperluan diagnostika. Sedangkan dalam bidang pendidikan dan psikologi, hewan laboratorium digunakan untuk pengamatan tingkah laku hewan dalam rangkaian pendidikan di tingkat dasar, menengah dan tinggi; khusunya bagi tingkat balita, hewan laboratorium digunakan untuk menguji tingkat kecerdasan anak.
Penggunaan hewan hidup sebagai hewan percobaan baik untuk penelitian maupun diagnostika senantiasa mengundang dua pendapat antara pro dan kontra. Kelompok yang pro jelas datang dari para ilmuwan pengguna hewan percobaan itu, sedangkan yang kontra adalah orang-orang yang termasuk penyayang binatang.
Beberapa argumentasi yang dikemukakan oleh kelompok kontra antara lain :
1. Hewan diternakkan guna kepentingan manusia, sebagai hewan produksi, untuk pengadaan bahan makanan protein hewani. Tak seorangpun yang berhak menyakiti hewan, kecuali untuk kesejahteraan hewan itu sendiri, misalnya tindakan pengobatan hewan dengan cara operasi.
2. Banyak eksperimen yang menggunakan hewan laboratorium, hasilnya mubasir. Hasil penelitian yang baik untuk terapan pada hewan percobaan tidak selalu relevan bila diterapkan pada manusia.
3. Sesungguhnya dapat dicari akal untuk menggunakan alternatif teknik lain dalam penelitian, sehingga percobaan dengan hewan dapat dihindari. Hal ini perlu, sebab setiap perlakukan pada hewan percobaan dalam penelitian, berat atau ringan, akan menimbulkan rasa sakit pada hewan.
Sebagai reaksi, kelompok ilmuwan atau pengguna hewan laboratorium juga mengemukakan argumentasi sebagai berikut :
1. Kebanyakan jenis hewan yang digunakan tidak termasuk ke dalam kelompok hewan ternak atau hewan produksi.
2. Teknologi yang berkaitan dengan aktivitas biologik untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia tidak mungkin dilakukan langsung pada manusia, tetapi diawali dengan penelitian-penelitian pada hewan percobaan. Yang jelas, hewan percobaan digunakan dalam eksperimen semata-mata ditujukan untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia.
3. Dalam memperlakukan hewan percobaan dalam penelitian, para ilmuwan selalu berusaha menggunakan teknik yang seminimal mungkin menimbulkan rasa sakit pada hewan percobaan.
4. Penggunaan hewan hidup dalam penelitian akan tetap dilakukan oleh para ilmuwan sejauh menurut pendapat mereka, pengamatan tidak mungkin ditempuh dengan cara lain.
Pemanfaatan hewan percobaan demi pengembangan ilmu dan teknologi semakin meningkat, baik dalam pengadaan jumlah, ras, maupun kondisi hewan. Sejalan dengan hal itu, meningkat pula teknik dalam tatalaksana peternakan dan pengembangbiakan, serta cara-cara perlakuan dan penanganan hewan percobaan, sehingga tujuan pemanfaatan dapat tercapai semaksimal mungkin, dengan seminimal mungkin membuat hewan menderita.
Penggunaan Hewan Coba
Pemanfaatan hewan percobaan menurut pengertian secara umum adalah untuk penelitian yang mendasarkan pengamatan aktivitas biologik. Berdasarkan pada bidang ilmu yang dibina dan lingkungan tempat bernaungnya laboratorium, maka pemanfaatan hewan percobaan akan mengarah kepada suatu tujuan yang khusus.
Laboratorium yang bernaung di dalam universitas mengutamakan penggunaan hewan percobaan dalam penelitian murni yang menyangkut aktivitas biologik. Laboratorium yang berada di lingkungan industri cenderung menggunakan hewan percobaan untuk pengujian mutu hasil produksinya, sedangkan laboratorium klinik menggunakannya untuk keperluan diagnosis.
BIDANG TOKSIKOLOGI
Suatu bahan kimia sering ditambahkan pada makanan hewan dan manusia untuk tujuan memberi warna yang menarik dan aroma, atau obat untuk pencegahan penyakit dan pengawet. Agar bahan kimia tersebut tidak membahayakan konsumen, maka perlu dilakukan pengujian toksikologik melalui hewan percobaan.
Pengujian toksikologik dengan menggunakan hewan percobaan yang dilakukan di lingkungan industri bertujuan agar bahan bahan kimia yang ditambahkan pada makanan tepat dalam arti aman bagi konsumen, daya kerja efektif dan masih memberi keuntungan bagi perusahaan.
Di bidang kedokteran, uji toksilogi dilakukan untuk penegakan diagnosis pada kejadian keracunan makanan oleh bahan kimia atau toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Selain itu, pengujian juga dilakukan untuk pengawasan pencemaran pestisida pada bahan makanan maupun lingkungan.
Karena tujuan akhir dari uji toksikologi ini adalah untuk keselamatan manusia, maka hewan percobaan yang dipilih mempunyai sifat-sifat respon biologik dan adaptasi yang mendekati manusia. Kesamaan filogeni antara manusia dan primata mendorong para ilmuwan untuk memilih primata sebagai model. Akan tetapi karena pengadaannya tidak selalu lancar, serta pemeliharaannya yang cukup mahal, maka tikus putih dapat dipilih sebagai alternatif.
Alternatif lain adalah penggunaan anjing, mengingat anjing hidup di lingkungan manusia dan makanannya sama dengan makanan manusia. Anjing yang digunakan tentunya bukan yang sedang dipelihara, tetapi merupakan anjing yang tak bertujuan atau sedang dibuang oleh pemiliknya.
Thalidomit adalah obat yang dikenal membahayakan bila diminum oleh wanita hamil karena dapat melahirkan anak cacat (teratogenesisi). Untuk membuktikan hal ini digunakan kelinci yang sedang bunting.
BIDANG PATOLOGI
Ahli patologi menggunakan hewan percobaan terutama untuk meneliti atau mengamati adanya perubahan patologik jaringan tubuh yang disebabkan oleh :
1. terjadinya kontak antarspesies (infeksi mikroorganisme pada hewan atau manusia)
2. stress karena faktor lingkungan (suhu, kelembaban, sanitasi, dll)
3. keracunan makanan
4. defisiensi makanan
Selain itu hewan percobaan juga digunakan dalam penelitian kanker, determinasi penyakit berdasarkan perubahan jaringan dan organ tubuh yang terjadi setelah hewan percobaan mendapatkan perlakuan
DIAGNOSIS
Beberapa contoh hewan percobaan dan kegunaannya dalam diagnosis antara lain :
1. Mencit : penyakit yang disebabkan oleh enterbacteriaceae, antraks, pasteurellosis, dan rabies
2. Marmut : TBC tipe human, brucellosis, antraks, radang paha, edema malignan, penyakit yang disebabkan oleh ricketsia
3. Kelinci : TBC tipe bovine dan pasteurellosis
4. Tikus putih : leptospirosis
5. Hamster : leptospirosis dan lepra
Pengguna Hewan Coba
Pengguna hewan percobaan dikelompokkan menurut ketentuan jumlah dan proporsi tiap spesies yang digunakan :
1. Laboratorium Rumah Sakit dan Kesehatan Masyarakat
Jumlah hewan yang digunakan tidak besar tetapi jumlah keperluan relatif tetap dan variasi spesies tidak banyak. Hewan yang digunakan terutama marmut, kadang mencit dan kelinci.
2. Laboratorium Industri Farmasi
Menggunakan tikus atau mencit dalam jumlah besar untuk keperluan penelitian dan pengembangan. Anjing dan tikus digunakan untuk uji toksisitas, diperlukan dalam jumlah yang tidak besar tetapi konstan. Berbagai spesies lain juga sekali-sekali digunakan, untuk keperluan penelitian dasar, tetapi jumlahnya tidak banyak.
3. Laboratorium Penelitian Kanker
Diperlukan mencit dalam jumlah besar dan tetap, dan secara tidak tetap digunakan spesies lainnya
4. Laboratorium dalam Universitas dan Lembaga Penelitian
Jumlah dan jenis hewan percobaan yang digunakan tidak tetap. Proporsi tiap jenis hewan tidak ditentukan. Penggunaan hewan percobaan di universitas dan lembaga penelitian sangat bergantung pada biaya dan hubungan kerja sama dengan disiplin lain.
Pengujian Farmakologi pada Hewan Coba
Suatu senyawa yang baru ditemukan, baik hasil isolasi maupun sintetik, terlebih dahulu diuji dengan serangkaian uji farmakologik pada organ terpisah maupun pada hewan utuh (uji praklinik). Bila ditemukan suatu aktivitas farmakologik yang mungkin bermanfaat, maka senyawa yang lolos uji ini akan diteliti lebih lanjut.
Sebelum calon obat baru ini dicobakan pada manusia, dibutuhkan waktu beberapa tahun untuk meneliti sifat farmakodinamik, farmakokinetik, dan efek toksiknya pada hewan percobaan. Dalam studi farmakokinetik, tercakup juga pengembangan teknik analisis untuk mengukur kadar senyawa maupun metabolitnya dalam cairan biologis. Semuanya itu diperlukan untuk memperkirakan dosis efektif dan memperkecil resiko penelitian pada manusia.
Studi farmakologi toksikologi pada hewan (uji praklinik) umumnya dilakukan dalam 3 tahap, masing-masing pada 2 atau 3 spesies hewan percobaan.
a. Uji Toksisitas Akut
Uji toksisitas akut bertujuan untuk mencari besarnya dosis tunggal yang mematikan 50% dari sekelompok hewan coba (LD50). Pada tahap ini sekaligus diamati gejala toksik dan perubahan patologik organ pada hewan tersebut
b. Uji Toksisitas Kronik
Uji ini bertujuan meneliti efek toksik pada hewan percobaan setelah pemberian senyawa secara teratur dalam jangka panjang dan dengan cara pemberian seperti pada pasien kelak. Lama pemberian bergantung pada lama pemakaian nantinya pada penderita
c. Uji Toksisitas Khusus
Uji toksisitas khusus meliputi penelitian terhadap sistem reproduksi termasuk teratogenisitas, karsinogenisitas, mutagenisitas, dan uji uji ketergantungan.
Walaupun farmakologi toksikologi pada hewan memberikan data yang berharga, ramalan tepat mengenai efeknya pada manusia belum dapat dibuat karena spesies yang berbeda tentunya menimbulkan perbedaan jalur dan kecepatan metabolisme, kecepatan ekskresi, sensitivitas reseptor, anatomi, dan fisiologi. Oleh karena itu, untuk mempertegas efek obat pada manusia, baik efek terapi maupun nonterapi, perlu dilakukan pengujian langsung pada manusia dalam uji klinik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar